Kaum Hawawers Harus Tau ini...!
Dismenore atau Nyeri Haid...
Sebagian besar wanita mengalami gangguan atau keluhan saat menstruasi, diantaranya nyeri saat haid. Nyeri haid dalam istilah medis disebut juga dismenore atau menstrual cramps. Dahulu, dismenore dianggap sebagai masalah psikologis wanita, tetapi sekarang merupakan kondisi medis yang nyata.
Pengertian
Dismenore (dysmenorrhea) berasal dari bahasa Yunani. Kata dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal; meno yang berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran.
Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid/menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut maupun panggul. Dismenore adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keluhan kram yang menyakitkan dan merupakan salah satu masalah terkait haid yang paling umum dikeluhkan.
Angka kejadian (prevalensi) dismenore berkisar 45-95 persen (sumber: USA, November 2006). Wanita yang mengalami dismenore sampai parah dapat mencapai 15 persen.
Gejala
Sebenarnya, gejala dismenore dapat bervariasi pada setiap wanita. Namun secara umum, tanda dan gejala paling khas dari dismenore, yaitu:
- Kram atau nyeri di perut bagian bawah yang bisa menyebar sampai ke punggung bawah, dan paha bagian dalam
- Nyeri haid muncul 1–2 hari sebelum menstruasi atau di awal-awal menstruasi
- Rasa sakit terasa intens atau konstan
- Perut kembung
- Diare
- Mual dan muntah
- Sakit kepala
- Pusing
- Lemah, lesu, dan tidak bertenaga
Bagi beberapa wanita, mereka juga mengalami beberapa gejala lain yang muncul bersamaan sebelum atau saat siklus menstruasi datang. Berikut gejala penyerta lainnya yang sering dikeluhkan wanita ketika menstruasi:
Penyebab
Penyebab dismenore bermacam-macam, bisa karena penyakit (radang panggul), endometriosis, tumor atau kelainan uterus, selaput dara atau vagina tidak berlubang, stres atau cemas yang berlebihan. Penyebab lain dari dismenore diduga terjadinya ketidakseimbangan hormonal dan tidak ada hubungan dengan organ reproduksi.
Klasifikasi
Dismenore dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati.
Berdasarkan jenis nyeri adalah:
- Dismenore spasmodik.
- Dismenore kongestif.
Berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati adalah:
- Dismenore primer.
- Dismenore sekunder.
Dismenore Berdasarkan Jenis Nyeri
Dismenore Spasmodik
Dismenore spasmodik adalah nyeri yang dirasakan di bagian bawah perut dan terjadi sebelum atau segera setelah haid dimulai. Dismenore spasmodik dapat dialami oleh wanita muda maupun wanita berusia 40 tahun ke atas. Sebagian wanita yang mengalami dismenore spasmodik, tidak dapat melakukan aktivitas.
Tanda dismenore spasmodik, antara lain:
Tanda dismenore spasmodik, antara lain:
- Pingsan.
- Mual.
- Muntah.
Dismenore spasmodik dapat diobati atau dikurangi dengan melahirkan bayi pertama, walaupun tidak semua wanita mengalami hal tersebut.
Dismenore Kongestif
Dismenore kongestif dapat diketahui beberapa hari sebelum haid datang. Gejala yang ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Pada saat haid datang, tidak terlalu menimbulkan nyeri. Bahkan setelah hari pertama haid, penderita dismenore kongestif akan merasa lebih baik.
Gejala yang ditimbulkan pada dismenore kongestif, antara lain:
- Pegal (pegal pada paha).
- Sakit pada payudara.
- Lelah.
- Mudah tersinggung.
- Kehilangan keseimbangan.
- Ceroboh.
- Gangguan tidur.
- Timbul memar di paha dan lengan atas.
Dismenore Berdasarkan Ada Tidaknya Kelainan atau Sebab yang Dapat Diamati
Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang terjadi tanpa adanya kelainan ginekologik yang nyata. Dismenore primer terjadi sesudah menarche (12 bulan atau lebih) dikarenakan siklus menstruasi bersifat anovulatoir yang tidak disertai nyeri. Rasa nyeri timbul sebelum atau bersama-sama haid dan berlangsung beberapa jam. Sifat nyeri yang dirasakan seperti kejang yang berjangkit-jangkit, terjadi pada perut bagian bawah menjalar ke pinggang dan paha.
Patofisiologi
Mekanisme terjadinya nyeri pada dismenore primer adalah sebagai berikut:
Korpus luteum akan mengalami regresi apabila tidak terjadi kehamilan. Hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan mengakibatkan labilisasi membran lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium dan menghasilkan asam arakhidonat. Asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat dan menghasilkan prostaglandin PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan dismenore primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang merangsang miometrium. Akibatnya terjadi peningkatan kontraksi dan disritmi uterus, sehingga terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi, selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung saraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia (Sunaryo, 1989).
Etiologi
Faktor yang menyebabkan dismenore primer antara lain:
- Faktor kejiwaan.
- Faktor konstitusi.
- Faktor obstruksi kanallis servikalis.
- Faktor endokrin.
- Faktor alergi.
- Faktor neurologis.
- Vasopresin.
- Leukotren.
Faktor Kejiwaan
Wanita mempunyai emosional yang tidak stabil, sehingga mudah mengalami dismenore primer. Faktor kejiwaan, bersamaan dengan dismenore akan menimbulkan gangguan tidur (insomnia).
Faktor Konstitusi
Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan yang dapat menurunkan ketahanan terhadap nyeri. Faktor konstitusi antara lain: anemia, penyakit menahun dan sebagainya.
Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis
Teori tertua menyatakan bahwa dismenore primer disebabkan oleh stenosis kanalis servikalis, akan tetapi sekarang sudah tidak lagi. Mioma submukosum bertangkai polip endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus berkontraksi kuat untuk mengeluarkan kelainan tersebut.
Faktor Endokrin
Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 alfa yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2 alfa berlebih akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenorea, dijumpai pula efek umum, seperti diare, nausea, dan muntah.
Faktor Alergi
Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenore primer dengan urtikaria, migren atau asma bronkial.
Faktor Neurologis
Uterus dipersyarafi oleh sistem oleh sistem syaraf otonom yang terdiri dari syaraf simpatis dan parasimpatis. Jeffcoate mengemukakan bahwa dismenorea ditimbulkan oleh ketidakseimbangan pengendalian sistem syaraf otonom terhadap miometrium. Pada keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebihan oleh syaraf simpatis sehingga serabut-serabut sirkuler pada istmus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik.
Vasopresin
Kadar vasopresin pada wanita dismenorea primer sangat tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa dismenorea. Pemberian vasopresin pada saat menstruasi menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus, menurunnya aliran darah pada uterus, dan menimbulkan nyeri. Namun, hingga kini peranan pasti vasopresin dalam mekanisme terjadinya dismenorea masih belum jelas.
Leukotren
Helsa (1992), mengemukakan bahwa leukotren meningkatkan sensitivitas serabut nyeri pada uterus. Leukotren dalam jumlah besar ditemukan dalam uterus wanita dengan dismenorea primer yang tidak memberi respon terhadap pemberian antagonis prostaglandin.
Penanganan
Penanganan dismenore primer antara lain dengan:
- Obat-obatan.
- Rileksasi.
- Hipnoterapi.
- Alternatif.
Obat-Obatan
Obat-obatan yang dapat membantu mengurangi nyeri haid antara lain: analgetika, hormonal, anti prostaglandin.
- Analgetika
Analgetika digunakan untuk mengurangi nyeri. Jenis analgetika untuk nyeri ringan antara lain: aspirin, asetaminofen, propofiksen. Sedangkan jenis analgetika untuk nyeri berat antara lain: prometazin, oksikodon, butalbital.
- Hormonal
Pengobatan hormonal untuk meredakan dismenore, dan lebih tepat diberikan pada wanita yang ingin menggunakan alat KB berupa pil. Jenis hormon yang diberikan progestin, pil kontrasepsi (estrogen rendah dan progesteron tinggi). Pemberian pil dari hari 5-25 siklus haid dengan dosis 5-10 mg/hari. Progesteron diberikan pada hari ke 16 sampai ke 25 siklus haid, setelah keluhan nyeri berkurang.
- Anti Prostaglandin
Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) yang menghambat produksi dan kerja prostaglandin digunakan untuk mengatasi dismenore primer. NSAIDs tidak boleh diberikan pada wanita hamil, penderita dengan gangguan saluran pencernaan, asma dan alergi terhadap jenis obat anti prostaglandin.
Rileksasi
Pada kondisi rileks tubuh akan menghentikan produksi hormon adrenalin dan semua hormon yang diperlukan saat stress. Karena hormon seks esterogen dan progesteron serta hormon stres adrenalin diproduksi dari blok bangunan kimiawi yang sama. Ketika kita mengurangi stres maka mengurangi produksi kedua hormon seks tersebut. Jadi, perlunya rileksasi untuk memberikan kesempatan bagi tubuh untuk memproduksi hormon yang penting untuk mendapatkan haid yang bebas dari nyeri.
Hipnoterapi
Hipnoterapi adalah metode mengubah pola pikir negatif menjadi positif. Hal ini dilakukan dengan memunculkan pikiran bawah sadar agar permasalahan dapat diketahui dengan tepat.
Alternatif
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri haid antara lain:
- Suhu panas (bantal pemanas, kompres, minum minuman hangat, mandi air hangat).
- Tidur dan istirahat cukup.
- Olahraga teratur.
- Visualisasi konsentrasi.
- Aroma terapi.
- Pijatan.
- Mendengarkan musik, membaca buku maupun menonton film.
- Mengurangi konsumsi kopi.
- Tidak merokok maupun minum alkohol.
- Mengurangi konsumsi garam dan memperbanyak minum air putih.
- Mengkonsumsi makanan tinggi kalsium.
- Memperbanyak konsumsi buah dan sayuran.
- Tumbuhan obat (daun sadewa, mawar, teki, dan sebagainya).
Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disebabkan oleh penyakit, gangguan atau kelainan di dalam maupun di luar rahim. Nyeri pada dismenore sekunder dimulai sejak 1-2 minggu sebelum menstruasi dan terus berlangsung beberapa hari setelah menstruasi.
Penyebab
Penyebab dismenore sekunder antara lain:
- Benjolan yang menyebabkan perdarahan.
- Rahim yang terbalik.
- Peradangan selaput lendir rahim.
- Pemakaian kontrasepsi spiral/IUD.
- Endometriosis.
- Fibroid atau tumor.
- Infeksi pelvis.
Pengobatan
Pengobatan yang sering dipakai adalah golongan NSAID yaitu: aspirin, naproksen, ibuprofen, indometasin, dan asam mefenamat. Obat-obatan ini sering kali lebih efektif jika diminum sebelum timbul nyeri. Karena dismenorea jarang menyertai perdarahan tanpa ovulasi, maka pemberian kontrasepsi oral untuk menekan ovulasi juga merupakan pengobatan yang efektif.
Faktor Risiko
Ada banyak hal yang bisa meningkatkan risiko mengalami nyeri haid. Antara lain:
- Berusia di bawah 30 tahun
- Belum pernah melahirkan
- Memiliki riwayat nyeri haid dalam keluarga
- Seorang perokok
- Masa puber Anda mulai sejak usia 11 atau ke bawah (pubertas dini)
- Mengalami perdarahan berat atau yang tidak normal selama menstruasi
- Mengalami perdarahan menstruasi yang tidak teratur
Sumber:
1. Halodoc.com Klik di sini
2. Lusa.afkar.id Klik di sini
Sama-sama....
BalasHapus